tesssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss
PURBALINGGA.COM
Karena Hidup Adalah Ibadah By: Sugiyanto
Sabtu, 27 Agustus 2016
Kamis, 23 Desember 2010
PUISI PENDIDIKAN & PAHLAWAN
KUMPULAN PUISI
JUDUL : BINTANG MASA DEPAN
TEMA : PENDIDIKAN, PAHLAWAN
PENULIS : AKHID HERU PRABAWA
1. Pena Hitam
Ayam mencuat kokok di kala pagi
Sang mentari bangun meyejukkan hati
Membawa daku ingin mandi
Hasrat pun tak terbendung
Membawa maksud untuk mengepung
Berbagai ilmu yang menggunung
Ke sekolah daku berangkat
Tak lupa tas aku angkat
Pena hitam pun ikut mangkat
Dan kugoreskan dengan singkat
Daku ingin dapat cepat
Tidak mau dengan lambat
Pena hitam mengubah nasib
dengan makrifat.
2. Kemerdekaan Indonesia
Aku bisa tertawa
Aku bisa bergaya
Aku bisa berpesta
Aku bisa tamasya
Karena Indonesia telah merdeka
Kemerdekaan yang mahal harganya
yang tak dapat diukur dengan harta
sekalipun segunung, sepulau bahkan sebenua
Kini kewajibanku sebagai anak bangsa
Belajar tekun untuk membangun bangsa
Agar nanti menjadi negara yang kaya raya
Aku ingin….
Pahlawan yang telah gugur dahulu
dapat tertawa lega melihat anak cucunya bahagia
Mereka dapat tidur nyenyak di sisi-Nya
3. Bangunlah Ibu Pertiwiku
Kami saksikan suasana luka lara
menerpa Ibu Pertiwi
Kami tak habis pikir
Apa gerangan engkau bersedih
Mengapa keadaanmu begitu mengkhawatirkan
begitu mencemaskan
Kami tahu kami begitu durhaka
Tak pernah berbakti kepadamu
Kerusakan, perpecahan, pertikaian
,banyak kami lakukan
Dan hanyalah maaf yang dapat kami pinta
Selagi engkau masih mau menerima
Di hati kami tak ada bisikan selain minta maaf ,
dan menyaksikan engkau bangun
melawan keruntuhan itu
4. Suara Hati Untuk Bangsa Penjajah
Menangis pedih hati ini teringat
Merintih perih jiwa ini terngiang
Masa masa di mana semua orang tak punya kebebasan
Hari –Hari di kala semua tercengkal oleh aturan kejam
Wahai bangsa penjajah dimana hati nuranimu?
Apakah engkau tidak mempunyai mata hati ?
Dimana sebenarya rasa kemanusiaanmu berada ?
Sungguh kejam kau perbuat waktu itu
Manusia kau perlakukan seperti binatang
Kau pekerjakan paksa orang – orang tak berdosa
Mereka menangis, merintih , dan menahan keluh
Dan kau diam saja lagi senang
Memang,sudah sepantasnyalah engkau binasa dari muka bumi ini
5. Ayo Membaca
Sesobek kertas telah diberikan
Seuntai tulisan juga berada di dalamnya
Duhai anak yang malang
Kenapa engkau diam saja ?
Kenapa kertas itu hanya kau simpan ?
Sungguh banyak harapan terpendam
Ilmu maha luas telah tertuliskan
Namun sayang kau malas membaca
Dunia begitu luas ilmu pun begitu terbentang
Sungguh dunia telah berkata,
Kau ingin tahu isiku ?
Kau ingin mengerti apa tentang dunia ini ?
Malang beribu malang kau malas membaca
Duhai anak yang malang
Bangkitlah sekarang
Wawasan luas telah menantimu
Lawanlah jiwa kotormu itu
Tuk mencapai impianmu
6. Surat Tuk Bapak Presiden
Hari ini Indonesia merintih
Berita demi berita hanyalah berisi kepedihan
Begitu banyak rakyat menderita
Sungguh berat beban hidup ini
Bapak presiden kenapa sekolah ini mahal ?
Kenapa banyak rakyat miskin tak bisa bersekolah
Kenapa sembako dan BBM merangkak naik
Sungguh pilu hati ini melihatnya
Bapak presiden marilah kita gandengkan tangan,
Rekatkan barisan , ambilah jalan yang terbaik
Berilah kemudahan bagi siswa – siswi Indonesia
Berilah kelapangan bagi rakyat – rakyat miskin
Bapak presiden kami kan bersatu,
tapi kuasa ada di tanganmu
7. Manusia Sabang dan Merauke
Ketika menunjuk ujung barat Indonesia
Ketika menunjuk ujung timur Indonesia
Mata ini tak lepas lepasnya membelalak
mengikuti putaran irama yang sedang membiak
Megah memang di sebelah barat
namun lusuh mungkin di sebelah timur
Lurus mungkin disebelah barat
namun keriting tapi di sebelah timur
Apa mau dikata dan siapa mau menyangka
Sabang dan merauke adalah putih dengan hitam
Namun Indonesia adalah abu-abu
Dimana putih telah tumpah dengan hitam
8. Kota Pendidikan
Di tempat ini kami lahir
Di tanah ini kami besar
Sejarah bicara dan kami menyaksikan
Kau tumbuh dengan timbunan pengalaman dan pengetahuan
Dan kini kau wariskan pada kami anak bangsa
Kota budaya, kota etika, kota pendidikan
tersandangkan di tanahmu
Bendera kalimat itu sulit
memang dipertahankan
Kini tersaksikan hanya segelintir saja
yang berkibar di udara
Apa ditanya ?, mengapa ini terjadi dan berbalik nyata ?
Manusia Jogja ada dimana ?
9. Serdadu Proklamasi
Terngiang – ngiang sudah
Puluhan tahun begitu membekas
Semangatmu tertancap kuat hingga sekarang
Tidak pernah terpikirkan
Apa jadinya bila serdadu itu hilang
Proklamasi tidak akan menggema
Serdadu proklamasi tancapan kuat proklamasimu
menorehkan barisan berapi – api
Perjuangan itu menjalar hingga sekarang
Kobaran nasionalismemu
membawa bangsa ini hingga merdeka
Oh, serdadu proklamasi
maafkanlah kami,jika sekarang perjuangan itu
tersendat bagaikan kereta yang macet
10. Untukmu Kartiniku
Masa penjajahan membelenggu bangsa Indonesia
Masa penindasan begitu mencekal rakyat
Tak ada kebebasan pada waktu itu
Tak ada kelapangan di zaman itu
Semua hidup dalam tekanan
Wanita – wanita tak boleh bersekolah
Wanita – wanita tak diberi kebebasan
Wanita- wanita dikurung di dalam rumah
Ibarat katak berada dalam tempurung
Hanya kekhawatiran yang ada pada waktu itu
Hanya kecemasan yang ada pada saat itu
Seolah menandakan wanita Indonesia tak mampu bangkit
Adalah sebuah keberanian melawan arus
Melakukan secara diam – diam
Merombak total pemikiran wanita Indonesia
Menuai hasil dimasa sekarang, terima kasih Kartiniku !
11. Majulah Terus Siswa Indonesia
Dengar, dengar, dengarlah isi tulisan ini
Hanya kepadamu harapan ku sandangkan
Hanya kepadamu cita- cita dipertaruhkan
Tak ada sesuatu yang tak mungkin bagimu
Bangkitlah melawan arus yang terus mendera
Kuasailah dirimu dengan sikap optimis
Paculah laju kudamu sekencang-kencangnya
Lawanlah bebatuan terjal yang mengusik di jalanan
Ingat, Engkau adalah harapan, engkau adalah masa depan
Masa depan ada di tanganmu
Harapan terpendam ada di pundakmu
Nasib bangsa engkau yang menentukan
12. Pahlawan Pendidikan
Jika dunia kami yang dulu kosong
tak pernah kau isi
Mungkin hanya ada warna hampa, gelap
tak bisa apa-apa, tak bisa kemana-mana
tak pernah kau isi
Mungkin hanya ada warna hampa, gelap
tak bisa apa-apa, tak bisa kemana-mana
Tapi kini dunia kami penuh warna
Dengan goresan garis-garis, juga kata
Dengan goresan garis-garis, juga kata
Yang dulu hanya jadi mimpi
Kini mulai terlihat bukan lagi mimpi
Kini mulai terlihat bukan lagi mimpi
Itu karena kau yang mengajarkan
Tentang mana warna yang indah
Tentang garis yang harus dilukis
Juga tentang kata yang harus dibaca
Terimakasih guruku dari hatiku
Untuk semua pejuang pendidikan
Dengan pendidikanlah kita bisa memperbaiki bangsa
Tentang mana warna yang indah
Tentang garis yang harus dilukis
Juga tentang kata yang harus dibaca
Terimakasih guruku dari hatiku
Untuk semua pejuang pendidikan
Dengan pendidikanlah kita bisa memperbaiki bangsa
Dengan pendidikanlah nasib kita bisa dirubah
Apa yang tak mungkin kau jadikan mungkin
Hanya ucapan terakhir dari mulutku
Di hari pendidikan nasional ini
Gempitakanlah selalu jiwamu
wahai pejuang pendidikan Indonesia
13. Menulis Itu Indah
Hai bocah kecil……
Angkatlah pena itu dan
goreskanlah keinginanmu dengan jelas
Tuliskan apa saja yang kau ingin
dan harapkan
Tak usahlah kau takut mengotori kertas itu
Kertas itu nanti memang jadi kotor
Dan kotor di kertas itu
Akan membantu dalam mewujudkan cita-citamu
Apakah kau tidak tahu
Tulisanmu adalah harta bagi siapa saja
yang membacanya
14. Sumpah pemuda
Wahai para pemuda pendahulu…..
Yang telah hidup puluhan tahun berlalu
Yang telah membuat semua bersatu
Mengabadikan lentera nusantaramu
Di kala sekarang telah tiada
Gema janji sumpahmu tetap masih meraung
Meraung keras di seluruh penjuru sudut bangsa ini
28 oktober, karenamu pemuda Indonesia melebur
Menjadi sebuah pedang yang diasah tajam
Dan siap di gunakan untuk mengisi kemerdekaan ini
Terima kasih sumpahmu
28 oktober kan kugemakan slalu sampai nanti
mentari tenggelam di seberang timur
15. Terlambat sekolah
Burung telah bernyanyi di kala pagi
Menyanyikan lagu semangat tuk menanti hari berseri
Dan bedalah manusia dengan burung itu
Di balik selimut manusia bersembunyi
Menyenyakkan diri melupakan kewajiban hati
Aku tidaklah beda masih demikian
Kemalasan telah meracuniku
Hingga aku tak bisa berbuat banyak
Kesekolah tidak bisa datang tepat
Aku kalah dengan seekor burung
Hingga malupun aku dapat
16. Sekolahku Sehat
Sekolahku yang sehat
Betapa ku mencintaimu
Terimakasih kawan kawanku
Yang telah membersihkannya
Akan ku kenang engkau
Sekarang sekolahku indah dan sehat
Betapa aku senang
Ini semua karena keikhlasanmu yang menggema
17. Pahlawan
Oh, pahlawan
Engakulah yang melindungi bangsa
Tiada engkau, tiada kebebasan
Karenamu bangsa bebas dari penjajah
Sekarang tiada engkau lagi
Dan bangsa harus tetap bersatu
Ku akan merindukanmu selalu
Karena namamu tetap harum menyatu di kalbu
18. Untukmu Guru Bangsa
Guru…….
Engakulah pengajar kami
Engkau ajarkan ilmumu untuk kami
Tiada bosan bosan engkau mengajar
Dengan penuh kesabaran
Guru ………..
Engkau mengajar dengan ikhlas
Engkaulah pendidik putra putri bangsa
Jasamu kepada kami sungguh besar
Hingga aku menjadi pandai dan pintar
19. Indonesiaku
Angin berdesir di pantai
Angin berdesir sepoi-sepoi
Burung pun ikut berkicau dengan merdu
Di atas pantaiku
Sawahnya yang hijau terbentang luas
Gunungnya tinggi menjulang
Itulah Indonesiaku
Disanalah aku dilahirkan dan dibesarkan
Di sanalah aku akhir menutup mata
20. Guruku
Terima kasih guruku
Kau telah memberiku pendidikan
Sungguh senangnya aku
Mendapat ilmu karena pendidikanmu
Engkau adalah pahlawan tanpa tanda jasa
Aku ingin sepertimu
Walau kau keras kepadaku
Aku tau kau sangat sayang padaku
Terima
Langganan:
Postingan (Atom)
Demikian sering kita dengar keluh kesah dari orang lain dan bahkan kita sendiripun mengalaminya. Doa yang belum juga dimakbulkan Allah aza wa jalla. Padahal dalam QS. Al-Mu’min (40):60, Allah berfirman,” Berdoalah kepada-Ku, niscaya Ku-ijabah permohonanmu…”
Nabi Zakaria as. Perlu 60 tahun untuk dikabulkan doanya oleh Allah, berdoa untuk diberi keturunan. Demikian juga nabi Musa setelah 40 tahun berdoa untuk keruntuhan Fir’aun.
Para nabi yang merupakan duta-duta Allah dimuka bumi dan orang yang terbebas dari dosa malah tak henti-hentinya berdoa dan sekian lama baru terkabulkan, bahkan junjungan kita nabi Muhammad saw.seorang yang ma’shum dari dosa, senantiasa beristiqfar 70 kali setiap harinya.
Layakkah kita menuntut Allah agar segera mengabulkan doa kita? Sementara setiap hari kita bergumul dengan dosa, entah dosa perbuatan, dosa perkataan, dosa mata, dosa telinga, dosa mulut maupun dosa hati.
Rasulullah pernah bersabda,” Doa seseorang senantiasa dikabulkan selama ia tidak berdoa dengan menyandang dosa (masih melakukan tindakan dosa ), atau memutuskan silaturahmi, dan selama ia tidak terburu-buru. Nabi ditanya , “ya Rasulullah, apa maksud terburu-buru itu?” Rasulullah saw menjawab,” Pendoa mengucapkan aku telah berdoa dan berdoa tapi belum juga dikabulkan,” sehingga ia merasa jengkel lalu tidak berdoa lagi.” ( HR. Bukhari Muslim)
Meski rasul-Nya telah memberi peringatan tentang bagaimana seharusnya berdoa, tetapi Allah tidak menampik doa para pendoa yang tergesa-gesa itu. Dalam hadist Qudsi, Allah berkata kepada para malaikat,” Disebelah sana ada hamba-Ku yang fasik, banyak berbuat dosa, berdoa kepada-ku. Penuhi permintaannya dengan segera! Karena Aku sudah jera mendengar suaranya. Ditempat lain, ada seorang hamba-ku yang saleh sedang berdoa kepada-Ku. Tangguhkan permintaannya! Karena Aku senang mendengar rintihannya.” (lih. KH.Dr.Jalaludin Rakhmat dalam buku Memaknai Kematian).
Dengan demikian dapat dicatat dua hal yang perlu dicermati.
Pertama, tidak ada doa yang tidak diterima. Semua pasti makbul, pasti diijabah. Semua hanya soal waktu. Kedua , dalam doa, hakekatnya Allah menuntut rasa cinta kita kapada-Nya. Bukan
“ Cinta tidak berhutang dan tidak berpiutang. Cinta tidak dapat dibeli, tidak dapat dijual. Kalau dia memberikan adalah memberikan semua. Kalau dia mengambil, adalah mengambil semua. Dia selalu cukup sebagaimana adanya, tidak pernah berlebih dan tidak pula kurang. Begitu tempo hari, begitu kini dan begitu pula selama-lamanya. ( Hamka, dalam esai seni dan cinta, Horison Esai Indonesia, 2003).